“Cobalah Bu, jangan putus asa”, Karimongkong memberi semangat lepada
ibunya. “Kali ini mungkin kita diterima”, lanjutnya merajuk.
Â
Beberpa hari kemudian berangkatlah Ibu Karimongkong untuk melamar yang
kedua kalinya. Berat rasanya untuk melaksanakan kehendak Karimongkong karena
hasilnya hampir dipastikan bahwa lamaran akan ditolak. Dan memang benar, ketika
ibu Karimongkong menjelaskan maksudnya maka kembli istri pamannya itu menolak
dengan sumpah serapah yang lebih keras lagi. Bukan hanya pelakuan itu, tetapi
Ibu karimongkong disiram dengan air cucian beras ke wajah dan tubuh ibu
Karimonkong. Perempuan itupun pulang dengan perasaan yang tersayat – sayat,
menyesal dan merasa bersalah. Sesampainya di rumah diceritakan peristiwa yang
dialaminya lepada Karimongkong. Namur Karimongkong tetap pada pendiriannya
bahwa ibunya harus mencoba untuk yang ketiga kalinya.
Ibu Karimongkong memang Sangat menyayangi anaknya itu, sehingga sakit di
badan dan pedihnya hincan dan cemoohan yang dialaminya pada dua kejadian
terdahulu seakan – akan tak diperdulikannya. Kali ini ia berangkat untuk yang
ketiga kalinya dan sudah dibayangkan tentunya hincan dan cacian, cemoohan dan
siksaan akan lebih berat lagi. Dan seperti juga lamaran pertama dan kedua, kali
ini ibu Karimongkong mendapat cacian dan cercaan yang luar biasa. Bahkan ibu
Karimongkong disiksa dengan digitan anjing beranak. Dengan menahan rasa sakit di badan dan perih di
hati Ibu Karimongkong pulang. Sesampainya di rumah diceritakanlah kepada
Karimongkong tentang segala peristiwa yang telah dialaminya, dan memperlihatkan
luka – luka bekas gigitan anjing beranak itu.
Â
Mendengar laporan ibunya dan melihat luka – luka yang dialami ibunya,
Karimongkong merasa iba dan kasihan kepada ibunya itu. Karimongkong rupanya
belum putus asa. Dia sekarang berpikir menempuh cara lain. Diambilnya seekor
ayam jantan kesayangannya. Dielus – elusnya ayam jantan itu. Sambil menggelar
sayapnya dan memberi jampi – jampian pada sayap ayam itu. Dengan dibantu sang
adik, ayam tersebut dibawa kerumah gadis idamannya. Sesampainya disana, ayam
jantan itupun terbang dan hinggap dijendela kamar sang gadis pujaan
Karimongkong. Sang gadis pujaan tertegun. Ayam jantan itu berkokok dengan merdu
dan aneh yaitu mengeluarkan suara seperti amnusia. Dalam bahasa sumbawa
melantunkan
lawas :
Â
Bakatoan tanag tenrang
Jina rampak beling no
Ma panto Lala datang diri
Â
Mendengar Lawas itu sang gadis terpikat hatinya dan ingin memiliki ayam
tersebut. Namun disaat itu pula ayam tersebut ditangkap oleh adik Karimongkong.
Sang gais berujar :
Â
”Hei !..... ayam itu milikku ”
”Bukan ! ini ayam kakakku Karimongkong”, jawab adik Karimongkong
”Kalau ayam itu ayam kakakmu cobalah kamu buktikan”, kata sang gadis.
Â
Oleh adik Karimongkong disuruhlah ayam jantan itu berkokok menyuarakan
lawas seperti yang disuarakan di jendela kamar di gadis.
Mendengar lawas tersebut maka yakinlah si gadis bahwa ayam tersebut adalah
milik Karimongkong. Selanjutnya sejak sang gadis mendengar lawas yang
disuarakan oleh ayam jantan milik Karimongkong, anehnya sang gadis selalu
dihantui perasaan ingin bertemu dan bercengkrama dengan Karimongkong.
Â
”Ayamnya saja sudah pandai balawas. Apalagi Karimongkong tentu orangnya
sangat pandai dan halus tutur bahasanya”, pikir sang gadis.
Â
Sementara itu
dirumah Karimongkong, adiknya bercerita kepada Karimongkong.
Â
”Gadis itu menginginkan ayam ini wahai Kakak. Dan aku tak mengerti kenapa
ia begitu ingin ayam ini,” kata adiknya.
Â
Karimongkong kemudian balawas :
Â
Amar kaku ta ina e
Ku kajuluk bage goro
Â
Di rumah sang gadis, ayah sang gadis nampak bimbang dengan permintaan
anaknya yang ingin kawin dengan Karimongkong. Namun merekapun kuatir terjadi
hal – hal yang tidak diinginkan jika permintaan anak gadisnya tidak dipenuhi.
Maka dipanggillah Karimongkong ke rumah si gadis.
Â
“Karimongkong, aku inging menjodohkan anakku denganmu,” kata ayah sang
gadis yang juga pamannya.
Â
Karimongkong menolak menolak dengan halus dan berkata bahwa dirinya Sangay
tidak pantas dengan keluarga pamannya. Beberapa kali pamannya membujuk dan merayu
Karimongkong, Namun Karimongkong tetap menolak. Mendengar pembicaraan
Karimongkong dengan ayahnya sang gadis tidak tahan dan keluar dari kamarnya
untuk berbicara dengan Karimongkong. Begitu melihat sosok yang jelita dan
cantik rupawan di hadapannya Karimongkong
pun tak dapat menolak lagi. Sambil terkagum Karimongkong menjawab bersedia dan
menerima permintaan pamannya sembari balawas
Â
Balong Kapuli ke
Andi
Pape lolo na pina su
Â
Usai Karimongkong balawas, tiba – tiba terjadi hal yang menakjubkan pada
Karimongkong. Tubuhnya yang tadinya bongkok berubah menjadi tegap. Parasnya
menjelma menjadi sosok pemuda yang tampan bak seorang pangeran. Karimongkong
adalah titisan dewa. Melihat hal itu pamannya balawas
Â
Tu lalo ko bale pangulu
Beang nginum tepung bulu
Â
Singkat cerita maka kawinlah Karimongkong dengan sang gadis dalam suasana
yang meriah. Karimongkong dan istri beserta ibu dan adiknya hidup bahagia
sepanjang hayatnya.
 Â