Kelompok asuhan mandiri pemanfaatan toga dan akupresur (Asmantosur) “saling beme” Desa Moyo Mekar Kec. Moyo Hilir dinilai Tim penilai lomba taman obat keluarga (toga) dan akupresur tingkat Provinsi NTB pada Rabu pagi (15/5) di Kec. Moyo Hilir. Acara yang diawali dengan penampilan qasidah rabbana lansia Kec. Moyo Hilir tersebut dihadiri oleh Ketua beserta anggota Tim Penilai TK. Provinsi NTB, Sekdis Kesehatan beserta jajaran, Camat Moyo Hilir beserta unsure forkopimca, Ketua TP. PKK Kab. Sumbawa beserta jajaran, toga, toma.
Ketua Tim Penilai tingkat Provinsi NTB Dr. Yayuk Andayani, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan dilaksanakannya penilaian bukan memata-mata untuk bersaing dan mendapatkan juara, namun untuk menjadikan tanaman obat dan akupresur menjadi poluper dan mendapatkan tempat istimewa, serta dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, untuk melestarikan kearifan local warisan nenek moyang yang merupakan anugerah Tuhan dan harus disyukuri.
Disampaikan, pengalaman untuk menggunakan tanaman obat merupakan suatu budaya luhur dan harus diperkenalkan kepada generasi muda, agar budaya dapat dilestarikan dan tidak hilang ditelan jaman, yaitu dengan cara tetap menanam dan melestarikan serta dapat dimanfaatkan, meningkatkan sosialisasi mengenai tanaman obat kepada anak anak mulai dari tingkat TK/SD, serta mengajak dan merangkul remaja putra dan putri, dengan mendokumentasikan jenis tanaman dan kegiatan yang dilakukan.
Ketua Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Unram ini juga berkomitmen agar tanaman obat menjadi poluler ditengah-tengah masyarakat, sehingga dapat berkontribusi bagi kesehatan khususnya pengobatan tradisional.
Sebelumnya, Camat Moyo Hilir M. Lutfi Makki, S.Pd.,M.Si melaporkan bahwa terdapat 60 jenis tanaman obat di komplek tanaman obat keluarga “saling beme”, yang merupakan warisan tradisi masyarakat yang dilestarikan. Selain dimanfaatkan untuk obat keluarga, tanaman obat serta hasil inovasinya sudah bernilai ekonomis. Sejauh ini kelompok asmantosur “saling beme” sudah bekerjasama dengan UKK (Unit Kesehatan Kerja) yang merupakan inovasi dari Puskesmas Moyo Hilir. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, antara lain desa, toga, toma, serta dukungan luar biasa dari Tim Penggerak PKK.
Camat Lutfi berharap, melalui penilaian ini, kelompok asmantosur “saling beme” dapat sukses bersaing, dan meraih juara sehingga dapat melaju ke tingkat nasional.
Dalam acara tersebut juga ditampilkan selayang pandang asmantosur “saling beme” yang menampilkan sosialisasi program yankestrad (pelayanan kesehatan tradisional), kegiatan kelompok, pembinaan dari puskesmas, dan inovasi kelompok asmantosur. Melalui slide juga dipraktekkan cara membuat ai pokak, cara membuat seme mama’ (lulur khas Sumbawa) yang biasa digunakan ke sawah yang fungsinya untuk menangkal sinar matahari, serta cara membuat ai eta.
Acara dilanjutkan dengan peninjauan lapangan, wawancara dan pemeriksaan dokumen oleh tim penilai.
SUMBER : Siaran Pers Humas Setda Kabupaten Sumbawa
Kirim Komentar